Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia Darmin Nasution didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, mengunjungi pabrik bom pesawat Sukhoi di Malang (05/01/17).
Bom pesawat Sukhoi buatan PT Sari Bahari dan PT DAHANA (Persero) ini dikenal dengan nama Bomb P 100 Live. Bomb ini merupakan pengembangan dari bom latih P 100, dimana bom ini memiliki berat dan karakter aerodinamika yang sama dengan bom latih P100. Casing bomb P 100 Live (tajam) diproduksi oleh PT Sari Bahari dan isian bahan peledak dilakukan oleh PT DAHANA (Persero) di Subang, Jawa Barat. Saat ini PT DAHANA mendapatkan TOT untuk pembuatan hulu ledak atau fuze AVU-ETMA dari Armaco Jsc, Bulgaria.
“Bomb P 100 Live ini sendiri memliki tingkat kandungan dalam negeri sebesar 88,33%, “ungkap Heri Heriswan, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DAHANA (Persero) ketika menerima kunjungan rombongan Menko Perekonomian di Malang.
Bom ini termasuk kaliber 100 dengan panjang 1.100 mm dan berdiameter body 273 mm. Berat bom sendiri 100-125 kg dengan isian bahan peledak military explosives.
Menurut Heri Heriswan, bom P 100 Live ini dipergunakan untuk pesawat tempur Sukhoi milik TNI AU. Bom ini memiliki banyak keunggulan.
“Bom didesain untuk dapat digunakan pada pesawat standar NATO maupun standar Rusia,” ungkap Heri.
Selain itu, mudah dalam perawatan dan penyimpanan di gudang. Mudah dan efisien dalam penggunaannya karena tidak menggunakan bahan peledak untuk melepaskan bom dari bomb rack (impulse cartridge).
Di pesawat Sukhoi, Bomb P 100 L dapat dilepaskan dengan menggunakan program Standard Bombing Sukhoi.
Keunggulan lainnya, bom ini buatan dalam negeri sehingga mudah dalam transportasi pengiriman maupun perbaikan jika diperlukan.
“Selain bomb P 100 Live, kedua perusahaan juga memproduksi ukuran yang lebih besar, yaitu bomb P 250 dan bomb P 500,” pungkas Heri Heriswan. (jjs).