PT Dahana menggelar workshop “Safety Maturity Level” sebagai langkah memperkuat budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan meningkatkan pemahaman penerapan K3 terutama di Site Project yang mengacu pada Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP). Acara ini berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 3 hingga 5 Desember 2025, bertempat di Auditorium Kampus Dahana, Subang, Jawa Barat. Pada hari pertama, Dahana mendatangkan Assessor dari Lembaga Sertifikasi Profesi Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (LSP Perhapi), Agung Pribadi sebagai pemateri.
GM K3LH PT Dahana, Dewi Kurniaty, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah perusahaan untuk memperkuat budaya K3 yang selama ini sudah berjalan. Menurutnya, workshop Safety Maturity Level ini sangat penting, baik untuk penyegaran kembali terkait pengetahuan karyawan maupun jalan untuk mencapai tingkat resilient.
“Workshop ini merupakan salah satu bentuk upaya perusahaan untuk menjaga serta meningkatkan safety maturity level mulai dari tingkat dasar hingga ke tingkat resilient di seluruh Job Site Project PT Dahana, dengan harapan seluruh insan Dahana dapat melaksanakan semua ketentuan dan akhirnya dapat menambah kepercayaan konsumen pada layanan Dahana,” ujar Dewi.
Dalam sesi pemaparan materi, Agung Pribadi menjelaskan bahwa workshop ini bertujuan sebagai standarisasi penilaian kinerja Keselamatan Pertambangan (KP), menindaklanjuti Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) serta membantu perusahaan mengidentifikasi dan mengatasi potensi risiko secara efektif dalam operasional.
Lebih lanjut, Agung membedah lima tingkatan dalam Safety Maturity Level yang menjadi tolak ukur kinerja perusahaan. Tingkatan tersebut dimulai dari Tingkat Dasar (skor <0.50), Tingkat Reaktif (0.50-0.69), Tingkat Terencana (0.70-0.79), Tingkat Proaktif (0.80-0.89), hingga tingkatan tertinggi yaitu Tingkat Resilient (skor >0.90).
Selain itu, Agung menjelaskan detail Teknis Penilaian Tingkat Pencapaian Kinerja Keselamatan Pertambangan (KP), dari mulai tingkap pencapaian kinerja, peran manajemen, upaya pengendalian, analisis & statistik kecelakaan, penyakit, kejadian berbahaya, hingga bagaimana memanfaatkan hasil penilaian.
Dewi menambahkan, pemahaman teknis yang didapat dari narasumber diharapkan dapat diimplementasikan oleh masing-masing peserta di setiap level operasinya. Ia menegaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) akhirnya tidak hanya dilihat sebagai kewajiban administratif, namun menjadi budaya sehari-hari insan Dahana.
“Saya mengajak seluruh peserta untuk memanfaatkan ilmu dari workshop ini sebaik-baiknya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah hal paling utama Dahana, karena karyawan dan lingkungan merupakan aset yang tak ternilai di mata perusahaan. Semoga kegiatan ini dapat memberi dampak dan bermanfaat bagi operasi Dahana yang berkelanjutan,” tutup Dewi.