PT DAHANA (Persero) bekerjama dengan Pusat Penelitian Center for Integrated Research and Innovation (CIRNOV) Universitas Ahmad Dahlan, melakukan uji coba Peluru Kendali (Rudal) Merapi di Area Weapon Range (AWR) TNI AU, Lumajang, Jawa Timur, 27 – 28 Desember 2021.

 

Tahun ini, uji coba Rudal Merapi diberi istilah “Konser Akhir Tahun 2021”, yang berfungsi untuk mengevaluasi performansi tiap-tiap subsistem rudal dalam rangka pematangan penguasaan pembuatan teknologi rudal, peningkatan kemampuan rudal, serta persiapan hasil produksi riset untuk industri. Proses Quality Assurance (QA) selama pembuatan, Rudal Merapi diproduksi dengan sangat ketat dan evaluasi kali ini meliputi performansi roket pendorong, struktur aerodinamik sirip belakang (fin-tail), sirip depan (canard), penjejak (seeker) yang menggunakan teknologi inframerah, peluncur tabung, dan lain-lain.

 

Menurut Direktur Teknologi dan Pengembangan DAHANA, Suhendra Yusuf RPN, DAHANA bertugas untuk membuat bahan propelan untuk roket pendorong pada rudal dengan kaliber 70 mm tersebut, sehingga Rudal Merapi mampu melesat di atas kecepatan 650 kilometer per jam atau bahkan dapat melampaui kecepatan suara.

 

“Kecepatan rudal mampu untuk merontokkan pesawat baik pesawat tempur, helikoper militer, serta sasaran udara lainnya seperti drone,” ujar Suhendra.

 

Dengan berat rudal yang cukup ringan yaitu sekitar 10 kg, Rudal Merapi dapat dengan mudah dibawa ke mana-mana oleh tentara. Pada aplikasinya, rudal dimasukkan ke dalam tabung peluncur yang membutuhkan canard dan fin-tail yang dapat dilipat, sehingga setelah rudal ditembakkan dari peluncur, semua sirip-sirip tersebut akan membuka untuk melakukan fungsi aerodinamiknya menuju sasaran.

 

Rudal besutan anak bangsa ini juga dilengkapi dengan sistem fire and forget, dimana setelah rudal dilepaskan, ia akan mengunci target sasaran secara otomatis, sehingga memudahkan para penembak rudal dalam melakukan manuver selanjutnya setelah melesatkan rudal.

 

Menurut team leader CIRNOV, Prof. Hariyadi, dari hasil uji tembak yang dilakukan, diperoleh konsistensi yang tinggi mengenai performansi roket pendorong rudal selain jarak jangkau langsung ke sasaran dapat mencapai 3.000 m. Hal ini penting karena akan menjadi salah satu rujukan dasar bagi sinkronisasi subsistem lain dari rudal secara lengkap.  Juga canard dan fin-tail dapat membuka dengan baik setelah keluar tabung peluncur untuk menuju area sasaran yang ditandai dengan flare atau sumber cahaya penghasil sinar inframerah yang dibawa terbang oleh drone.

 

Selanjutnya performansi sub yang lain berkaitan dengan posisi sasaran, sudut angguk (pitching), geleng (yawing), dan putaran rudal (rolling) termasuk posisi sasaran oleh seeker dapat dimonitor melalui alat telemetry yang dipasang di rudal selama ditembakkan, sehingga diperoleh data secara langsung (real time) dan berterusan untuk evaluasi. Semua komponen rudal mampu menahan hentakan (G-shock) hingga mencapai 20 G yang muncul sewaktu rudal keluar dari peluncur.

 

Suhendra juga berharap, dengan membuat peluru kendali secara mandiri, Indonesia dapat menghadapi ancaman embargo. Selain memenuhi kebutuhan Alutsista Nasional, produksi rudal Merapi secara masif memiliki potensi untuk menambah finansial negara dengan menawarkannya di pasar persenjataan dunia.