Puluhan Anggota TNI Angkatan Udara melakukan kunjungan ke area Kampus PT DAHANA (Persero). Kunjungan Siswa Skadik 303 TNI AU ini dilaksanakan dua hari pada Selasa dan Rabu, 23 – 24 Juli 2019. Selama di DAHANA mereka belajar tentang bahan peledak, termasuk sejarah cikal bakal kelahiran DAHANA.

Membahas sejarah bahan peledak Dahana, tidak bisa dilepaskan dari peran TNI Angkatan Udara. Sejarah DAHANA sebagai pionir di industri ini berawal dari proyek Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) pada tahun 1966 yang dikenal dengan Proyek Menang, berlokasi di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kemudian, pada tahun 1973 secara resmi menjadi Perusahaan Umum DAHANA berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 36/1973 sebelum ditetapkan sebagai Perusahaan Perseroan pada tahun 1991.

“Jasmerah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Dahana yang embrionya dari TNI Angkatan Udara banyak mengabadikan aspek sejarah ini, seperti di logo perusahaan atau pun bentuk bangunan,” ungkap Andri Kartiko, Senior Manager Pelayanan Korporasi saat berbincang dengan para peserta kunjungan.

Setelah sekian lama fokus di sektor bahan peledak komersial, beberapa tahun ini DAHANA kembali menekuni bahan peledak pertahanan. Tak kurang produk bom P 100 Live untuk pesawat tempur Sukhoi dan Roket RHAN diproduksi melengkapi produk militer lainnya.

Untuk mewujudkan kemandirian bahan peledak, Dahana membuktikannya dengan membangun kawasan terintegrasi yakni Kawasan Energetic Material Center (EMC) di Kabupaten Subang. Dengan jargon Serving the Nation Better, Dahana kini banyak membangun fasilitas produksi baik komersial maupun militer di Kawasan EMC yang luasnya hampir 600 hektar ini.

“Dengan adanya pembangunan fasilitas produksi baru di PT Dahana, merupakan salah satu wujud Dahana mendorong kemandirian bahan peledak Nasional, dalam memenuhi kebutuhan Militer dan komersil,” pungkas Andri Kartiko.