Dirtekbang : “Negara Hebat Itu Memiliki Industri Pertahanan yang kuat”

“Di Indonesia itu bahan baku melimpah untuk militer, tetapi industri bahan baku tidak ada di Indonesia, semua impor. ‘bom bodoh’ saja kenapa harus impor,”

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Direktur Teknologi & Pengembangan PT DAHANA (Persero), Heri Heriswan dihadapan puluhan Perwira Menengah TNI Angkatan Darat, yang tengah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan Widya Wisata ke Kampus DAHANA pada Rabu, 18 April 2018.

Dihadapan Perwira Siswa Dikreg 56 Seskoad 2018, Heri Heriswan memberikan gambaran tentang perkembangan teknologi industri strategis. DAHANA, terang Heri sejak 2015 telah mulai mengembangkan industrinya merambah ke industri pertahanan,

“Sejak 2015, kita tidak hanya melakukan pengembangan teknologi bahan peledak komersil, namun merambah pada industri strategis, untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan,” terang Heri dihadapan Pasis.

“Negara Maju itu mustahil kalau tidak memiliki kemampuan militer yang hebat. Hebat itu memiliki industri pertahanan yang kuat juga. Kalau ada negara hebat namun ia selalu mengandalkan impor, sewaktu-waktu di embargo, maka akan celaka sendiri,” imbuh heri

Pembangunan dan kemajuan industri strategis, kata Heri tidak hanya tugas perusahaan industri, namun tugas semua komponen bangsa, salah satu diantaranya adalah TNI. Untuk membangun industri pertahanan itu dibutuhkan modal yang cukup besar, karenanya beberapa perusahaan tidak kuat untuk mewujudkan itu.

“Selama ini DAHANA belum pernah mendapat bantuan dana dari pemerintah, tapi kami terus berupaya ikut serta mewujudkan kemandirian bahan peledak,” ungkap Direktur Teknologi & Pengembangan PT DAHANA (Persero).

Selama tiga tahun ini DAHANA terus berupaya mengembangkan inovasi bahan peledak. Menurut Heri, bahan peledak itu seperti dua sisi mata uang. Jika bahan peledak itu dimasukan kedalam gulungan kertas, ini bisa disebut bahan peledak komersil, namun jika bahan peledak ini dimasukan kedalam besi atau viva besi, ini namanya bom.

“Kita terus berupaya berinovasi menciptakan bahan peledak untuk kebutuhan militer, salah satu inovasi handak komersil menjadi handak militer diantaranya yaitu Sivor dan Booster,” ujarnya.

Saat ini di kawasan Energetic Material Center telah dibangun dua pabrik untuk kebutuhan industri pertahanan, yakni Pabrik Nitrogliserin, salah satu industri bahan baku Propellant yang dibangun atas inisiasi Balitbang Kemhan, dan Pabrik Filling Bom P-100 L, bom untuk pesawat Sukhoi. (SYA)